Sekantung Darah Anda Mungkin Bisa Menyelamatkan Nyawa Saudara Kita

Lebih kurang satu minggu yang lalu saya ditelepon seorang sahabat. Intinya sahabat saya itu membutuhkan donor darah untuk seorang teman, yang menurutnya juga baru dikenalnya tanpa sengaja. Karena golongan darah yang dibutuhkan cocok dengan golongan darah saya (darah O),
tanpa berpikir dua kali saya langsung mengiyakan untuk jadi pendonor. Setelah beberapa nggak jadi melakukan donor karena loss contact gara-gara HP rusak, akhirnya kemarin pagi saya "berhasil" dihubungi lagi oleh sahabat saya untuk "siap-siap" donor malamnya, janjian di PMI pukul 20:00 WIB.

Jam 8 malam "tet" saya udah nyampe di PMI, baru nyampe tiba-tiba ada sms masuk, dari sahabat saya tadi, yang memberitahu kalau dia belum bisa ke PMI karena ada rapat mendadak di kantornya. Apa boleh buat, akhirnya saya nongkrong di depan kantor PMI menunggu kedatangan sahabat saya dan temen-temen donor lainnya yang juga belum datang.Sembari nunggu saya sempetkan diri ngobrol sama petugas parkir yang menjaga di areal parkir PMI tersebut. Ya... ngobrol ngalor ngidul sambil mengamati aktivitas yang terjadi di halaman kantor tsb. 

Ada fenomena yang menarik buat saya, ternyata di situ sudah siap pula pendonor bayaran yang siap menolong orang yang membutuhkan darah, tentu saja dengan imbalan uang bung. Dengar-dengar, untuk sekantong darah cukup membayar 250 - 500 ribu saja. Wow. Malam itu saya lihat ada beberapa pendonor bayaran yang siap "menyumbangkan" darahnya.

Bukan hanya masalah imbalannya yang mengusik hati, tetapi bagaimana dengan "kualitas" darah yang didonorkan, karena dari informasi, dalam satu bulan ternyata mereka bisa melakukan donor hingga 2 kali, padahal setahu saya normalnya melakukan donor darah itu 3 bulan sekali. Ibarat pohon karet, mereka siap disadap kapan saja..tiap hari kalau perlu..olala... Lalu bagaimana nasib pasien yang memperoleh darah dari pendonor seperti ini? Silahkan saja disimpulkan sendiri.
Kembali ke cerita saya, akhirnya jam 10-an sahabat saya itu tiba di PMI bersama dengan temannya yang mau mendonorkan darahnya. Malam itu sudah ada 3 orang termasuk saya yang siap donor. Masih kurang 2 lagi, karena diperlukan 5 kantong. Karena kurang, saya telpon mantan pacar (ibunya anak-anakku), ternyata dia mau (walaupun akhirnya nggak bisa donor karena HBnya rendah). Sayang sekali, malam itu kami tidak jadi mendonorkan darah karena kurang orang untuk donor. Akhirnya semua sepakat untuk kembali esok pagi sambil mencari sukarelawan lain yang bersedia.

Oya, saya belum cerita siapa yang akan kami beri donor darah ini. Saudara kita ini adalah seorang remaja cowok berusia 17 tahun dan sekarang ini duduk di kelas XII (3) SMA. Anak seorang petani dari sebuah desa yang tingkat kehidupannya mungkin tidak berbeda jauh dengan saya... pas-pasan. Ketika mendengar dari orangtuanya saat ngobrol di PMI mengenai penyakitnya, saya begitu trenyuh, anaknya menderita LEUKEMIA. Dan sampai saat ini sudah 50 kantong darah yang ditransfusikan ke tubuhnya.
Dalam hati saya sempat berkata, "Mengapa Tuhan memberikan penyakit mahal ini kepada orang tak punya?"
Inilah kehidupan, semua harus kita jalani, kita terima dengan lapang dada seberat dan sesulit apapun itu. Berpasrah, berserah kepada Tuhan, dan berusaha, itu mungkin yang harus dilakukan. Tidak banyak yang bisa saya katakan kepada Pak Tarso, demikian nama orang tua anak itu, untuk menguatkan hatinya, selain kata-kata klise yang umum diucapkan oleh orang untuk menghibur dan menguatkan. Saya berpikir mungkin Pak Tarso lebih kuat daripada saya ketika menghadapi hal seperti ini. Saya cuma bisa berdoa dengan tulus semoga Tuhan memberikan kesembuhan total kepada anak beliau.

Akhirnya siang itu, saya kembali ke PMI bersama seorang teman yang bersedia dengan sukarela untuk donor, dan setelah mengikuti beberapa prosedur, saya dan empat orang teman lainnya jadi juga mendonorkan darah kami. Semua berjalan lancar, kecuali satu orang teman yang terpaksa harus pindah jarum beberapa kali karena darahnya nggak mau keluar. Tapi akhirnya semua lancar, 5 kantong darah yang dibutuhkan hari itu akhirnya tersedia. Semoga tetes-tetes darah kami dapat membawa sepercik kesembuhan buat saudara kami yang sedang menderita sakit.

Sambil posting ini, saya berpikir:

  • Bisa dan maukah saya selalu menolong orang saat mereka benar-benar membutuhkan pertolongan?
  • Mengapa masih banyak orang yang tega memperoleh kesempatan di tengah penderitaan dan kesulitan yang di alami oleh sesamanya?
  • Kesehatan ternyata benar-benar sangat mahal harganya, apalagi untuk orang miskin di negeri ini!
  • Satu lagi Ingat! Setetes Darah Anda tidak mampu menyelamatkan nyawa saudara kita, kalau mau donor perlunya sekantong, bukan setetes.

Sekedar bebagi sobat, semoga bermanfaat.

0 komentar untuk posting ini.:

Post a Comment

Silahkan tuliskan komentar sobat dengan santun, tidak menyinggung pihak lain, tidak berupa link aktif sehingga dianggap spam.
Sobat tidak punya ID khusus untuk berkomentar? Gunakan pilihan Name/URL, URL bisa dikosongkan atau diisi dengan alamat Facebook sobat.
Terimakasih sudah berkunjung.